Berita Desa

Ubah Sampah Jadi Dollar, Kosapa-PMG Ekspor Sabut Kelapa dan Serap Tenaga Kerja di Pariaman

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Senen, 31 Januari 2022 boleh jadi torehan sejarah baru bagi Nagari Ulakan, Pariaman Sumatera Barat. Untuk pertama kalinya, di pelopori oleh Koperasi Sabut Kelapa-Petani Minang Global (Kosaoa-PMG), daerah ini mampu mengekspor cocofiber (serat sabut kelapa) dan coco feat (serbuk sabut kelapa) ke Tiongkok.

Produk sabut kelapa ini akan menghasilkan aneka macam produk derivatif yang banyak manfaatnya, seperti bahan pengisi sofa, tempat duduk, jok mobil serta media tana. Selama ini, bahan baku sabut kelapa melimpah di Sumbar, namun tidak dimanfaatkan dan hanya dibiarkan begitu saja atau dibakar, ternyata memiliki nilai jual ekspor yang tinggi.

“Selama ini sabut kelapa di Pariaman hanya dibuang sekarang diekspor, mudah-mudahan ekspor sabut kelapa memberi kemajuan ekonomi daerah, khususnya dalam hal penyerapan tenaga kerja,” kata Efli Ramli, Ketua Umum Kosapa-PMG.

Menurut Ketua Umum Kosapa-PMG,  Indonesia saat ini hanya mampu mengekspor 3 persen dari kebutuhan cocofiber dan cocofeat dunia. Sisanya sebesar 97 persen dipasok dari India dan Srilangka. Sementara permintaan ekspor dari China mencapai 3000 kontainer pertahun, Eropa 200 kontainer pertahun. “Peluangnya sangat besar. Kosapa-PMG berharap Sumatera Barat bisa mengambil kesempatan ini, menjadikan sampai jadi dollar,” kata Efli Ramli yang sudah berpengalaman puluhan tahun menjadi eksportir sabut kelapa.

KOPERASI SABUT KELAPA (KOSAPA) didirikan oleh beberapa anggota yang terdiri dari tokoh pengusaha, pemerhati UMKM/Koperasi, media serta akademisi. Tingginya kebutuhan sabut kelapa di luar negeri serta banyaknya limbah sabut kelapa yang terbuang sia-sia di tanah air, menjadi misi awal pendirian Kosapa. Keinginan untuk membantu pemerintah dalam memulihkan perekonomian terdampak pandemi serta banyaknya penganguran yang terjadi akibat penutupan banyak usaha, membuat semangat anggota dan pendiri Kosapa begitu besar untuk mengembangkan ekspor serta nilai tambah sabut kelapa. Indonesia adalah penghasil kelapa terbesar di dunia yang mencapai 3,8 juta hektar.

Ketua Umum Kosapa, saat ini diamanahkan kepada Efli Ramli yang sudah dua periode menjabat Ketua Umum Asosiasi Sabut Kelapa Indonesia (AISKI), telah berpengalaman panjang mendirikan usaha sabut kelapa dan melakukan pembinaan di sejumlah sentra kebun kelapa di sejumlah wilayah Indonesia. Sejak tahun 1997 sudah membina produksi cocopeat dan cocofiber secara langsung di 4 propinsi seperti, Aceh, Sumbar, Lampung , Pangandaran. Di Pangandaran juga dibentuk koperasi dengan nama KMKP yang dipimpin oleh Yohan Nurahmat. Ketua Umum Kosapa dan Ketua Umum AISKI juga pernah menerima Primanuarta Award sebagai Pembina UMKM sabut kelapa dari Kementan dan tiga kali mendapatkan penghargaan dari Presiden RI, Soesilo Bambang Yudoyono tahun 2005, 2009, 2011

Pembangunan pabrik pengolahan sabut kelapa Kosapa di Pariaman dinilai sangat membantu perkembangan ekonomi masyarakat sekitar nya.Dengan skala UMKM saja, sejumlah warga yang terlibat didalamnya mencapai 80 orang sd 125 orang. Mulai dari pengumpul sabut, mengantarkan ke pabrik dan pekerja di pabrik. “Diharapkan bisa terjadi multy flier efec terhadap pendapatan masyarakat serta pemasukan negara, baik dari devisa ekspor serta pajak yang saat ini dibutuhkan dalam memulihkan ekonomi negara saat ini. Kedepan, Kosapa juga akan mengembangkan 1.000 pabrik sabut kelapa di sejumlah sentra kebun kelapa di Pulau pulau lain seperti Jawa, Sulawesi dan lain-lain.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *