Oleh : Nafik Umurul Hadi
Bak makan buah “simalakama” nomena yang sering melingkupi dunia kampus saat ini. apa lagi dengan dukungan justment para pihak, yang menyatakan tidak maksimalnya model pembelajaran daring oleh akibat kebijakan pemerintah yang berlarut-larut dalam penanganan pandemi covid 19, dengan dinamika mutasinya yang semakin mutan,
jadi lengkaplah excuse untuk menjadikan nomena pandemi sebagai tertuduh utamanya.
Ditambah berbagai kegagalan Descesion Maker dalam menjalankan policy-nya dalam mengatasi problematika yang ada dimasyarakat akibat multiplier efect policy yang jauh dari konsistensi, memperparah keadaan ekonomi, sosial, kesehatan dan keamanan masyarakat secara umum.
Hal ini menjadi pembenar bagi pengola pendidikan untuk memperoleh tameng penguat bahwa kampus tidak bisa lagi terlalu perkasa menjaga idialisme akademiknya untuk diterapkan kepada semua mahasiswa dan lulusannya, agar tetap berada pada level kualitas seperti sebelumnya (pandemi).
Alih-alih bermimpi menarget idialisme akademik yang tinggi dan meningkatkan kualitasnya, bahkan untuk mempertahankan agar tetap sama-pun, sepertinya sulit sekali dilakukan.
Terutama bagi mahasiswa semester akhir yang sedang melakukan bimbingan dan menulis tugas akhir (skripsi).
Kondisi ini ibarat sinetron yang dituntut Kejar-tayang karena batas waktu yang habis termakan oleh kebijakan policy maker yang membatasi orang untuk bertemu secara langsung (Distancing policy) akibat khawatir tertularnya covid semakin mempersulit mahasiswa untuk menyelesaikan tugas akhir (skripsi)
Kondisi ini bisa jadi menumbuh suburkan peluang munculnya inflasi penulis gelap disekitar kampus bak “Ghost Writer” diantara mahasiswa.
Iklim ini terjadi secara automaticly dimana ketika ada permintaan maka akan memunculkan penawaran atau penawaran menciptakan permintaanya sendiri, berlakulah teori yang sangat kita kenal : Suplay Creates Own Demand (J.B. Say)
Hal ini tentu akibat adanya shortage idealisme dunia akademik, bisa jadi karena efek multidimesional yang sedang melanda kampus kita, atau karena tidak adanya kehadiran policy yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang muncul, tentu efek negatifnya tidak bisa kita lihat hari ini, bisa jadi perlunya kehadiran “In Visible Hands” …(wallohu a’lam…)
Saat seperti ini dibutuhkan pemimpin yang memiliki trust untuk mampu berselancar diantara gelombang, dengan selalu bersama stakeholders yang lain, melakukan networking dan exchange agar setiap shortage yang ada bisa tertutupi, atau minimal terkurangi. Sehingga kepentingan idialisme akademik dapat berjalan beriringan dengan kepentingan pragmatisme kampus.
Ilmu Ekonomi mengajarkan pada kita bahwa didunia ini tidak ada yang tidak tak terbatas (Unlimit), yang pasti semua serba terbatas (Scarcity), oleh karenanya seorang policy maker harus mampu melihat dan menentukan pilihan yang tersedia agar optimal manfaatnya untk kesejahteraan dan kemaslahatan stakeholders kampus (Indeference Curve).
Lalu bagaimana terkait (problem of Choices) kerena setiap sumberdaya itu sifatnya pasti terbatas tadi, sementara keinginan manusia itu tak terbatas, maka dibutuhkan parameter yaitu bahwa setiap kebijakan/keputusan sebaiknya diambil berdasarkan “Needs” (kebutuhan), bukan berdasarkan “Wants” (keinginan) kerena keinginan manusia itu beragam dan tanpa batas (Ulimit)
Sementara sumberdaya yang kita miliki sifatnya terbatas, itulah perlunya pemimpin yang memahami prioritas.
Dalam ilmu menejemen mengajarkan pada kita bahwa, keputusan itu diambil ketika Marginal Social Cost lebih kecil dibanding Marginal Benefit Cost atau Marginal Benefit Cost lebih besar dari Marginal Social Cost, sehingga tercapainya optimalisasi yang diharapkan dan itu maknanya bahwa organisasi telah mencapai tujuannya, hingga nomena Ghost Writer dan kejar-tayang tidak mencedrai idealisme akademik dan tidak membuat kampus semakin terperosok dalam jurang pragmatisme semu semata.
Semoga semua dapat berjalan beriringan antara pragmatisme Interest dan idealisme academic Interest.
Wallohu a’lam Bhissawab.
Semoga ada manfaat bagi para pembaca.
By: nafiumurulhadi.blogspot.com/