JAKARTA, 7 September 2021. Pandemi Covid19 telah melanda negeri tercinta Indonesia selama 1,5 tahun lebih. Virus ini menginfeksi saluran pernapasan yang disebut ‘badai sitokin’. Apakah itu? Kondisi di mana paru-paru pasien dipenuhi lendir yang mengakibatkan ‘gagal nafas’. Hingga membutuhkan ventilator, yang ternyata sering kali malah memperburuk keadaan, karena mendorong virus menyebar ke seluruh tubuh.
Menurut Assoc Prof. Dr. dr. Agung Putra, M.Si. Med (Director SCCR – Stem Cells and Cancer Research Medical Faculty of UNISSULA, Semarang) yang kali ini sebagai pembicara utama, menyatakan bahwa melalui temuan dan penelitiannya; ‘secretome’ merupakan harapan baru untuk pengobatannya. Secretome adalah suatu zat yang dihasilkan oleh stem cell yang isinya adalah growth factor, miRNA, exosome dan faktor-faktor pertumbuhan lainnya yang makin kesini menjadi hal baru berguna untuk pengobatan. Sedangkan Mesenchymal Stem Cells (MSCs) atau sel punca mesenkimal telah terbukti menjadi pilihan yang menjanjikan untuk terapi berbasis sel.
“Guna mengatasinya dibutuhkan beberapa tindakan; 1) Biotherapy suntikan biosecretome@sccr®, 2) Preventif dengan biobooster@sccr®, 3) Penyembuhan dengan biosever@sccr®, dan 4) Recovery dengan biorecover@sccr®,” prof. Agung menjelaskan.
Saat ini pengetahuan tentang sel punca atau stem cell menjadi sangat penting karena merupakan salah satu dari the future of medicine, selain terapi genetik, dan nanorobotik. Pandemi COVID-19 tanpa disadari telah berjalan lebih dari setahun. Merupakan momen terbaik untuk mengevaluasi diri dan terus belajar.
KUMBA singkatan dari Kumpul Bahagia Alumni MM FEB UI. Kumba hadir mengisi kebekuan pandemi melalui serial webinar yang diadakan setiap selasa malam. “Hampir segala macam topik kita dapat diskusikan di sini. Bertujuan memunculkan pemikiran-pemikiran baru dengan melepas sekat-sekat latar belakang disiplin ilmu yang sangat beragam. Terutama yang dapat bermanfaat untuk masyarakat luas ” Bambang Iman Santoso, pengurus KUMBA menjelaskan.
“Acara-acara webinar kami sajikan secara kasual – santai namun insha Allah dapat bermanfaat untuk banyak orang. Duduk sejajar, tidak harus ketemu di satu titik,” ujar Marius Gumono, salah satu Co-Founder KUMBA.
Episode ke 47 (Selasa malam, 7/9/2021) kali ini KUMBA berkolaborasi, kerja bareng bersama SCCR UNISULLA (Universitas Islam Sultan Agung). Selain itu acara ini menjadi meriah karena selain menggandeng SCMMUI (Student Committee MMUI) dan Biofarma (Kementerian BUMN), juga didukung penuh oleh beberapa komunitas yang ikut hadir, seperti; Alumni STAN (D’88, STA’88, STA’89), Alumni SMAN 1 Jakarta (Boedoet’88), Altius ITS (Alumni Teknik Industri), dan komunitas Neuronesia (pencinta ilmu neurosains).
Menurut Dr. Tauhid Nur Azhar, SKed, MKes salah satu anggota kehormatan Neuronesia menyampaikan bahwa teknologi sel punca dan sekretomnya adalah salah satu genre terapi berbasis pendekatan biomedik yang menjanjikan harapan besar pada ranah kedokteran regeneratif serta pengelolaan kasus-kasus dengan mekanisme patobiologis yang mendasarinya. Dalam sekretom dari sel punca mesenkimal terdapat beberapa faktor pertumbuhan dan soluble factor lainnya yang memiliki efek terapeutik, antara lain dalam pengelolaan radang dan pengendalian badai sitokin.
“Terjadinya badai sitokin pada penderita infeksi Sars CoV-2 yang ditandai dengan memuncaknya kadar IL-1, IL-6, dan juga TNF-Alfa jika tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan kondisi patologis yang dapat mengancam keselamatan pasien karena dapat mengakibatkan kegagalan fungsi organ terkait. Terapi dengan sekretom dari sel punca hipoksik diketahui sangat efektif dalam proses pengendalian badai sitokin dan dapat memicu proses regenerasi jaringan terdampak radang dengan sangat baik,” Dr. Tauhid menjelaskan.
“Jujur saja, selalu deg-deg-an setiap kali membawakan acara webinar ini. Karena di KUMBA topiknya selalu menantang, dan banyak hal baru yang dapat diperoleh,” Yeni Widayanti, ST, MM, sebagai Host tetap KUMBA mengungkapkan perasaannya.