Berita Desa

14 Hari Terapung, Tiga Nelayan Diselamatkan Tanker ke India

beritadesa.tv Banda Aceh – Sebanyak tiga nelayan asal Aceh ditemukan selamat oleh kapal tanker menuju Mumbai India setelah 14 hari terapung di tengah lautan akibat kapal mereka tenggelam. “Berdasarkan laporan yang kami terima, ketiga nelayan diselamatkan oleh kapal tanker SC Gold Ocean/V7A5661,” kata Panglima Laot (Laut) Aceh, Miftach Tjut Adek di Banda Aceh, Kamis (11/1). Adapun tiga nelayan yang dievakuasi tersebut yakni Jack Bowie (30) dan Baihaqi (34)asal Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat. Terakhir Rinal Junaidi (46) asal Kecamatan Kutaraja Kota Banda Aceh. Miftach menyampaikan, kapal berbendera Marshal Island itu sedang dalam perjalanan dari Malaysia menuju ke Mumbai, India. Kemudian, pada posisi 06°08.34 N/ 093 51.56 E atau berdekatan dengan pulau Nikobar, mereka menemukan kapal nelayan KM Sultan Meulaboh Capsize. “Lalu, kapal tersebut memutar balik menuju pelabuhan terdekat yaitu Sabang. Kondisi mereka semuanya dalam kondisi sehat,” ujarnya. Diharapkan kepada pihak terkait dapat mempersiapkan penjemputan tiga nelayan yang telah terapung 14 hari tersebut. “Dari laporan tim kapal, diperkirakan mereka akan sampai ke Sabang, lalu dibawa ke Ulee Lheue Banda Aceh malam ini,” demikian Miftach Tjut Adek.(ant/z)

WNI Butuh Bantuan Logistik

beritadesa.tv Jakarta – Sebanyak 114 warga negara Indonesia (WNI) berada di tempat-tempat perlindungan (shelter), yang disiapkan oleh otoritas Jepang, pasca gempa bumi melanda negara itu pada Senin (1/1). Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha mengatakan bahwa para WNI tersebut berada di shelter yang tersebar di tiga titik, yaitu 53 orang di Ogi, 25 orang di Suzu, serta 27 orang di Saikai. “Berdasarkan komunikasi terakhir KBRI Tokyo dengan simpul-simpul masyarakat, didapat informasi baru bahwa terdapat sejumlah WNI yang berada di shelter dan membutuhkan bantuan logistik. Sebelumnya, mereka kesulitan berkomunikasi karena gangguan jaringan,” kata Judha melalui pesan singkat. Dia memastikan bahwa KBRI Tokyo akan segera mengirimkan bantuan logistik darurat untuk para WNI di tempat-tempat perlindungan tersebut. Selain ratusan WNI yang berada di tiga wilayah tersebut, KBRI juga mencatat sembilan WNI, yang mayoritas mahasiswa, juga berada di tempat perlindungan. “Terdapat sembilan WNI, mayoritas mahasiswa, berada di shelter yg disiapkan otoritas setempat. Kondisi mereka dalam keadaan baik,” tutur Judha. Kesembilan WNI tersebut tersebar, yaitu enam mahasiswa Indonesia di Toyama, satu WNI di Noto, dan dua pemagang Indonesia di Ishikawa. Judha memastikan bahwa selain WNI yang terdampak gempa hingga harus menyelamatkan diri ke sejumlah shelter, hingga saat ini tidak ada informasi adanya WNI yang meninggal dunia akibat gempa bumi tersebut. “Otoritas setempat telah mencabut peringatan tsunami. Namun, tetap memperingatkan kemungkinan gempa susulan dalam sepekan ke depan,” kata dia. “KBRI Tokyo dan KJRI Osaka tetap mengimbau agar para WNI tetap waspada dan terus memantau informasi dan arahan otoritas setempat,” ujar Judha menambahkan. Berdasarkan informasi yang dihimpun hingga pukul 17.40 waktu Jepang, jumlah korban meninggal akibat gempa besar di Ishikawa mencapai 48 jiwa, sementara korban luka tersebar di prefektur Ishikawa, Niigata, Fukui, Toyama, dan Gifu. Sekitar 30 bangunan di Ishikawa dilaporkan roboh. (an/z)

Jepang Gempa Hebat, Rumah Runtuh

beritadesa.tv Tokyo – Banyak rumah runtuh dan layanan kereta api dihentikan sementara di beberapa daerah di Jepang setelah gempa bumi besar melanda negara itu serta memicu peringatan tsunami besar. East Japan Railway Co. mengatakan mereka menghentikan operasi semua jalur Shinkansen Tohoku, Joetsu, dan Hokuriku karena gempa tersebut, demikian laporan Kyodo News yang berbasis di Tokyo. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap gempa bumi yang lebih dahsyat, sementara otoritas telah meminta warga yang tinggal di dekat wilayah pesisir untuk mengungsi dan pindah ke tempat yang lebih aman. Sejauh ini, dilaporkan ada sebanyak ribuan orang telah dievakuasi dari Noto, Prefektur Ishikawa, dan kota-kota lain. Kepala Sekretaris Kabinet Yoshimassa Hayashi mengatakan bahwa gempa tersebut telah menyebabkan kerusakan bangunan dan jalan. “Kami menerima laporan adanya bangunan runtuh dengan enam orang tertimbun reruntuhan,” kata Hayashi kepada wartawan. Beberapa foto yang diunggah di media sosial juga menunjukkan kerusakan besar akibat gempa pada jalan-jalan dan bangunan di prefektur Ishikawa. Akibat rusaknya sistem listrik, sekitar 32.500 rumah di Prefektur Ishikawa kehilangan aliran listrik. Tiga gempa kuat berturut-turut dengan magnitudo 5,7, 6,1, dan 7,6 mengguncang Jepang pada Senin, yang kemudian menimbulkan peringatan tsunami. “Terjadi gempa pada sekitar pukul 16:18 (waktu setempat). Pusat gempa berada di wilayah Noto di Prefektur Ishikawa, dan intensitas seismik maksimum 5+ teramati. Jangan mendekati daerah berbahaya yang guncangannya kuat,” kata Badan Meteorologi Jepang (JMA) di X. “Saat ini, peringatan tsunami besar telah diumumkan di Noto, Prefektur Ishikawa,” tambah JMA. Peringatan tsunami juga dikeluarkan di Prefektur Niigata, Toyama, Yamagata, Fukui, dan Hyogo di sepanjang pantai Laut Jepang, menurut lembaga penyiaran Jepang, NHK World. Semua penduduk di dekat garis pantai telah diminta untuk segera pergi, sebut laporan NHK itu. “Gelombang tsunami mungkin lebih tinggi dari perkiraan dan diperkirakan akan melanda berulang kali. Teruslah mengungsi ke tempat yang lebih tinggi jika memungkinkan dan jangan meninggalkan tempat daerah aman sampai peringatan dicabut,” kata kantor Kabinet urusan bencana di X. Tidak ada laporan tentang gangguan di pembangkit listrik tenaga nuklir di wilayah itu, menurut NHK. Sementara itu, pihak berwenang di Korea Selatan (Korsel) pada Senin juga mengeluarkan peringatan tentang kenaikan permukaan air laut di beberapa bagian Laut Timur yang juga dikenal sebagai Laut Jepang di Tokyo menyusul gempa dahsyat di lepas pantai barat Jepang, menurut media setempat. Badan Meteorologi Korea (KMA) mengatakan tsunami di Jepang dapat menyebabkan kenaikan permukaan air laut di lepas pantai timur Korsel, menurut laporan Kantor Berita Yonhap yang berbasis di Seoul. (an/z)